Selasa, 11 September 2012

Bunga Mawar Berduri di Tepi Jurang

Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya. Semua kisah, puisi,syair dari klasik hingga post modern memberi tajuk ‘mawar berduri’ untuk gambaran kesempurnann bunga. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar mengganggu, merusak bahkan menghalangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar menjadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.


Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita. Banyak orang mengatakan aturan yang Allah buat untuk wanita, mengekang, sulit jodoh hingga sulit mendapatkan pekerjaan. Padahal seperti duri pada mawar, justru aturan itu yang melindungi, menjaga dan membuat seorang wanita mulia. Seperti duri yang jadi penyempurna mawar. Maka aturan Tuhan yang menjadi penyempurna wanita. Dan jika mawar berduri adalah mawar yang sempurna, pastinya wanita dengan aturan yang melekat dari Tuhannya pula wanita yang sempurna.
Seorang wanita sempurna seperti mawar di tepi jurang. Bukan mawar di tengah taman. Jika mawar ada di tengah taman cenderung semua tangan bisa memetiknya, dari orang kaya, orang biasa, orang kurang mampu hingga orang ‘kurang ajar’ yang nekat memetik walaupun ada tulisan “Dilarang memetik bunga”. Walau ada larangannya orang tetap berani memetik, toh di bawah tulisan larangan itu hanya tertulis ancaman “denda sekian puluh ribu atau kurungan sekian bulan”. Tapi jika ada di tepi jurang tentu tak semua tangan berani menyentuhnya.

Maka wanita, tumbuhlah di tepi jurang. Hingga tak sembarang tangan lelaki bisa mencolekmu. Hingga jika pun suatu saat ada seorang lelaki memetikmu, pastilah lelaki yang paling berani berkorban untukmu. Bukan sembarang tangan, bukan sembarang orang, bukan sembarang lelaki. Karena wanita bukanlah barang murah yang boleh disentuh seenaknya. Bukan barang hiasan yang bisa dipetik dengan ancaman kecil.


(Toni Raharjo)

0 komentar:

Posting Komentar